PANDUAN KESERAGAMAN MUJAHADAH WAHIDIYAH
KESERAGAMAN
MUJAHADAH WAHIDIYAH
a. Penggunaan lagu, nada, sikap, batas-batas
bacaan dalam tasyafu’ – istighotsah yang dilagukan dan dalam pelaksanaan
Mujahadah Wahidiyah berjamaah merupakan Keseragaman Mujahadah
yang dicontohkan dan dibimbingkan oleh Muallif Wahidiyah, Ra, yang harus dijaga
kelestarian dan kemurniannya.
b. Menjaga keseragaman mujahadah pada saat
berjama’ah termasuk melaksanakan sebagian dari adab-adab Mujahadah Wahidiyah
yang akan menambahkan atsar (pengaruh) batiniah. Begitu pula jika meninggal-kan
keseragaman juga akan mengurangi nilai atsar batiniahnya.
c. Lagu
tasyafu’
- istighotsah dan mujahadah berjama’ah dengan bacaan jahri (keras) bisa
dipelajari dan diikuti dari rekaman tasyafu’ dan istighotsah yang dipimpin langsung
oleh Beliau, Ra. Begitu pula nada, lagu, dan batas-batas bacaan (waqaf-washal)
dalam Mujahadah bisa dipelajari dari rekaman mujahadah beliau Ra, beserta
jama’ah. Karena lagu, nada, dan batas-batas bacaan di sini berupa suara yang tidak
cukup diberikan panduannya dengan tertulis. Para Penyiar dan Pembina Wahidiyah
seharusnya mempelajari dari rekaman tersebut dan mempraktekkan dengan
jama’ahnya.
d. Mujahadah
yang perlu dijaga keseragaman bacaannya adalah mujahadah berjama’ah dengan
suara keras (jahri). Adapun mujahadah sendiri atau berjamaah dengan bacaan
sirri, lebih-lebih dengan bilangan yang diperbanyak, harus tetap dijaga dan
ditingkatkan dzauqiyahnya.
e. Pelaksanaan
segala macam mujahadah Wahidiyah harus menjaga/ menerapkan keseragaman baik bagi makmum
terutama imam Mujahadah
pengamalan 40 hari, Yaumiyah, Keluarga,
Usbu’iyah, Syahriyah, Nishfussanah, Kubro, Waqtiyah,
dan Mujahadah-Mujahadah Khusus yang dilakukan berjamaah dengan
suara keras..
ADAB-ADAB
MUJAHADAH
1. Segala Mujahadah supaya dijiwai LILLAH-BILLAH,
LIR-ROSUL-BIR-ROSUL, LIL-GHOUTS-BILGHOUTS.
2.
Hatinya hudhur berkonsentrasi kepada Alloh
SWT.
3. ISTIHDLOR, yakni merasa
hadir/ berada di hadapan Rosululloh , wa Ghoutsi
Hadzaz Zaman, dengan ketulusan hati, ta’dhim (memuliakan) mahabbah
(mencinta) sedalam-dalamnya dan semurni-murninya.
4. TADZALLUL yakni merendah diri merasa
hina sehina-hinanya akibat perbuatan dosanya.
5.
TADHOLLUM yakni
merasa ber-lumuran dosa dan banyak berbuat dholim. Dholim dan dosa terhadap
Alloh , wa Rosuulihi wa Ghoutsi Hadzaz Zaman. terhadap kedua
orang tua, anak, keluarga, saudara, tetangga, terhadap bangsa, negara dan semua
makhluq yang ada hubungan hak dengan kita.
6.
IFTIQOR yakni merasa butuh sekali, butuh terhadap maghfiroh
atau ampunan, perlindungan dan taufiq hidayah Alloh ,
butuh terhadap syafa’at tarbiyah Rosululloh ,
butuh terhadap barokah nadroh dan do’a restu Ghoutsi Hadzaz Zaman Wa
A’waanihi wasaa’iri Auiliya’ Aahba-billaah Rodliyallohu Anhum.
7. Bersungguh-sungguh dan berkeyakinan bahwa mujahadahnya
dikabulkan oleh Alloh Ta’ala. Jangan ragu dan jangan sekali-kali meninggal-kan do’a/ mujahadahya karena
belum adanya tanda-tanda diijabahi. Hal tersebut bisa jadi penghambat ijabah.
8. Disamping memohon untuk dirinya sendiri dan
sekeluarga supaya memohonkan pula bagi ummat dan masyarakat, bangsa negara dan
seterusnya. Pokoknya bagi semua yang ada hubungan hak dengan kita,
lebih-lebih mereka yang kita rugikan, moriil atau materiil, baik yang masih
hidup maupun yang sudah meninggal dunia.
9. Membacanya supaya tartil sesuai
dengan makhroj, tajwid dan mad (panjang pendeknya) serta
tanda baca yang tepat.
10.
Ketika mujahadah berjamaah dengan bersuara,
gaya, lagu, sikap dan cara melaksanakannya supaya disesuaikan dengan tuntunan dari
Muallif Sholawat Wahidiyah, (terkecuali mujahadah dengan bacaan sirri sekalipun
ber-jamaah).
11.Ketika
mujahadah berjama’ah bacaan makmum tidak boleh mendahului bacaan imamnya dan juga
tidak boleh terlalu jauh ketinggalan (Jawa, dlewer). Bacaan dan suara
harus seragam. Tidak boleh terlalu tinggi dari suara Imam! Paling-paling sama
atau lebih rendah sedikit.
12.Bagi
yang terpaksa tidak dapat mengendalikan kerasnya suara, supaya mengambil tempat
duduk yang jauh dari mikrofon supaya tidak menggangu/ mempengaruhi yang lain.
13. Ketika
melagukan TASYAFU’AN, nada, gaya dan lagu harus seragam.
Apabila menggunakan pengeras suara, mikrofon tidak boleh dimonopoli oleh satu
atau beberapa suara saja. Semua suara harus ter-dengar seragam, kecuali
untuk memberikan aba-aba.
Keterangan ini diambil dari Buku Tuntunan Mujahadah dan Acara-Acara Wahidiyah
yang dikeluarkan oleh DPP PSW. Selengkapnya pelajari buku
tersebut.
]]]]]]]
Vedio Panduan Keseragaman Mujahadah
Vedio Panduan Keseragaman Mujahadah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan memberi komentar. Komentar anda Insya Alah sangat berguna bagi kami dan para pembaca