Romadlon Karim



MARHABAN YAA ROMADLON
MUQODDIMAH

بسم الله الرحمن الرحيم
الْـحَـــــمْدُ لله ِالَّـذِي أتَـــــانــَا
*
بِـَشْهرِ رَمضَانَ بــِفَـضْـــــل ِرَبـّـــِنَا
وَلَيْـلَةُ الْـقَـــــدْرِ بِهِ قَـدْ نَزَلَتْ

طُـــوْبى لِمَــــنْ طَلَــبَـهَا كَمَا ثَبَتْ
يَا سَـيــّـِدِي الصَّـلَاةُ وَالسَّلَامُ
*
عَلــَـيْك يَا رَءُوْفُ  يَا رَحِـــــيْمُ
وَالآلِ قــَــدْ أُسْرِعَتِ الْحَــوآئِجُ
*
بِك الْهُدَى الرِّضَا الفُتُوْحُ الفَرَجُ
أَنْتَ الْمُشَفـَّعُ الشَّفِيْعُ اشْفــَعْ لَنَا
*
عِنْــــدَ الــْكــَر ِيـْمِ أَبَــدًا وَّرَبـّــِنـَـــا

يَـآأيـُّـهَا الْغَـــوْثُ سَـــــلَامُ اللهْ

*

عَـلـــَــيْك رَبـّــِنِـــــى بِــإذْنِ اللهْ

وَانْـظُـــرْ إلَيَّ سَــيّدِىْ بِنَــــظْرَةْ
*
مُـــوْصِـــلـَـةلِلــْحَـضْرَةِ  الــْعَـلــِيَّةْ
أمَّا بَعْدُ
 Alhamdulillah, Allah , masih berkenan memberi karunia umur panjang, sehingga kita bisa bertemu lagi dengan bulan Suci Romadlon tahun ini.
        Dalam bulan Romadlon setiap umat Islam diwajibkan berpuasa dan diberi kesempatan yang seluas-luas nya untuk beramal sholeh yang sebanyak-banyaknya, untuk bertaubat, bermunajat, berdo’a, bermujahadah, bersedekah, dan lain sebagainya. Sebab dalam bulan Romadlon pintu rahmat, maghfiroh dan ridlo Allah  terbuka seluas-luasnya bagi yang beriman, bertaqwa dan beramal sholeh. Seharusnya seperti itu. Akan tetapi kenyataannya berbeda. Masih banyak yang belum bisa memanfaatkan sebaik mungkin dan setepat mungkin yang dikarenakan belum mengetauinya.
Dengan mengharap ridlo Allah  penulis ikut berkhidmah dengan uraian singkat tantang hal-hal yang berkaitan dengan bulan Romadlon dan sesuatu yang harus dilakukan bagi setiap umat Islam.
Kendatipun uraian ini sangat sederhana, penulis berharap mudah-mudahan berguna bagi penulis, pembaca, dan lainnya dengan diridloi oleh Allah  wa Rosulihi  fid diini wad dun-ya wal akhiroh. Amin.
Bagi Pembaca yang menemukan kesalahan atau kekurangan diharap sudi memberikan ralat seperlunya.
Tulisan ini dihadiyahkan kepada siapa saja yang berkenan menerima dan bersedia memanfaatkan. Bagi yang berminat untuk memperbanyak silakan mengcopy dengan baik dan menyebarluaskan dengan tidak dijual-belikan (dikomersilkan), kecuali hanya sebatas ganti biaya fotocopy.
Selamat membaca dan beribadah dengan ikhlas (Lillah Billah, Lirrosul Birrosul, dan seterusnya) dalam bulan suci Ramadlan khususnya dan di setiap saat pada umumnya.
Madiun, 13 Juni 2013M./ 03 Sya’ban 1434 H dan dikoreksi ulang 15 Sya’ban 1435 H / 12 Juni 2014 M
Penulis,
Zainuddin Tamsir
Pes. Attahdziby, Madiun.
082 311 899 599-081 556 666 933


BULAN ROMADLON DAN FADHILAHNYA
1.      Firman Allah Subhanahu Wata'ala:
شَهْـرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُـرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّـنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ  (البقرة: 185)
Bulan Romadlon adalah bulan (awal) turunnya Al-qur’an, berupa petunjuk bagi manusia dan penjelasan tentang petunjuk itu dan menjadi penegak kebenaran, membedakan antara haq dan batil … (Al-Baqoroh, 185).
2.     Sabda  Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
«إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ ، وَغُلِّـقَتْ أَبْوابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ».  (رَوَاهُ البُخَارى وَمُسْلمٌ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، ).
“Jika datang bulan Romadlon, semua pintu sorga dibuka,  semua pintu neraka ditutup dan syetan-syetan dibelenggu”. (H.R. bukhori Muslim dari abi Hurairoh).
3.     Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
«إنَّ اللَّهَ فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ، وَسَنَنْتُ لَكُمْ قِيَامَهُ، فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إيمَاناً وَاحْتِسَاباً خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ».رَواهُ النَّسَائي، عَنْ أبي هُرَيْرَةَ
"Bulan Romadlon adalah bulan yang dimana Allah mewajibkan puasa kepadamu dan aku menuntunkan kepadamu untuk menjalankan ibadah sunnah pada malam harinya (seperti sholat tarowih dll.) maka barang siapa yang berpuasa (pada siang hari) dan menjalankan ibadah sunnah pada malam harinya) dengan iman (BILLAH) dan ikhlas (LILLAH)(1) maka dia dikeluarkan dari dosanya seperti pada hari dilahirkan oleh ibunya”. (H.R. Nasa-i dari Abi Hurairah).
4.  Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْغِفَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ  ذاتَ يَوْمٍ وَأَهَلَّ رَمَضَانُ فَقَالَ: «لَوْ يَعْلَـمُ الْعِبَادُ مَا فِي رَمَضَانَ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي أَنْ تَكُونَ السَّنَةُ كُلُّهَا رَمَضَانَ» رواهُ ابنُ خُـزيـْمَةَ في صحيْحِه، والبيْهَقي من طريْقِه،
"Jika umatku mengetahui sesuatu (keistimewaan) yang ada dalam bulan Romadlon, pasti mereka mengharapkan adanya seluruh tahun itu dijadikan Romadlon”.
5.   Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
     مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النِّيْرَانِ
"Barang siapa dengan gembira dengan datangnya bulan Romadlon maka Allah mengharamkan jasadnya ats neraka”.
6.  Said bin Musayyab meriwayatkan dari Salman Al-Farisi, berkata;
خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ  فِي آخِرِ يَوْمٍ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْـرٌ عَظِيمٌ مُبَارَكٌ، شَهْـرٌ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ شَهْـرٌ جَعَلَ اللَّهُ صِيَامَهُ فَرِيضَةً، وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعاً، مَنْ تَقَرَّبَ فِيهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فَرِيضَةً فِيهِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِينَ فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ، وَهُوَ شَهْـرُ الصَّبْرِ، وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الْجَنَّةُ، وَشَهْـرُ الْمُوَاسَاةِ، وَشَهْـرٌ يُزَادُ فِي رِزْقِ الْمُؤْمِنِ فِيهِ، مَنْ فَطَّرَ فِيهِ صَائِمًا كَانَ مَغْفِرَةً لِذُنُوبِهِ وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ، وَكَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ».
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَيْسَ كُلُّنَا يَجِدُ مَا يُفَطِّرُ الصَّائِمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ : «يُعْطِي اللَّهُ هذا الثَّوَابَ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا عَلَى تَمْرَةٍ، أَوْ عَلَى شُرْبَةِ مَاءٍ، أَوْ مَذْقَةِ لَبَنٍ، وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ، وَأَوْسَطُهُ مَغْـفِرَةٌ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ، مَنْ خَفَّفَ عَنْ مَمْلُوكِهِ فِيهِ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ، وَأَعْتَــقَهُ مِنَ النَّارِ،
وَاسْتَكْثِرُوا فِيهِ مِنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ؛ خَصْلَتَيْنِ تُرْضُونَ بِهِمَا رَبَّكُمْ، وَخَصْلَتَيْنِ لاَ غِنَاءَ بِكُمْ عَنْهُمَا. فَأَمَّا الْخَصْلَتَانِ اللَّتَانِ تُرْضُونَ بِهِمَا رَبَّكُمْ: فَشَهَادَةُ أَنَّ لاَ إلهَ إلاَّ اللَّهُ، وَتَسْتَغْفِرُونَهُ؛ وَأَمَّا الْخَصْلَتَانِ اللَّتَانِ لاَ غِنَاءَ بِكُمْ عَنْهُمَا. فَتَسْأَلُوْنَ اللَّهَ الْجَنَّةَ، وَتَعُوْذُوْنَ بِهِ مِنَ النَّارِ، وَمَنْ سَقَى صَآئِماً سَقَاهُ اللَّهُ مِنْ حَوْضِي شَرْبَةً لاَ يَظْمَأُ حَتَّى يَدْخُلَ الْجَنَّةَ». رَواهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ في صحيْحِه، ثُمَّ قال صحَّ الخَبَرُ، وَرَواهُ مِنْ طَريْق الْبَيْهَقي،
“Pada akhir bulan Sya’ban, Rosullullah Shollallahu 'alaihi Wasallam, berkhotbah dan bersabda: “Hai manusia, segera datang padamu bulan yang mulia dan penuh berkah, di dalamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan (lailatul qodar): Allah mewajibkan puasa di siang hari dan mensunahkan beribadah di malam harinya. Barangsiapa yang men-dekatkan diri kepada Allah dengan berbuat kebaikan maka ia bagaikan orang yang mengerjakan fardlu di selain bulan Romadlon. Dan barang siapa yang mengerjakan fardlu maka dia sama dengan menjalan-kan tujuh puluh fardlu di bulan lain. Bulan Romadlon adalah bulan kesabaran dan sabar itu pahalanya surga, bulan yang sangat dianjurkan untuk saling membantu, juga bulan bertambahnya rizqi bagi orang yang beriman. Barang siapa memberi buka kepada orang yang berpuasa, maka dia akan mendapat ampunan atas dosa-dosanya dan dilepaskan dari neraka serta ia memperoleh pahala seperti pahalanya orang yang diberi buka itu tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun”.
Ada sahabat berkata: ”Ya Rosulallah, tidak semua dari kami menemukan sesuatu untuk memberi buka kepada orang yang berpuasa“, jawab beliau Shollallahu 'alaihi Wasallam, ”Allah akan memberi pahala kepada orang yang memberi buka pada orang yang berpuasa sekalipun hanya sebiji kurma, seteguk air atau seisapan air susu. Sepertiga pertama dari bulan Romadlon adalah saat pelimpahan rohmat, sepertiga yang kedua saat pelimpahan ampunan dan sepertiga yang akhir saat pembebasan dari api neraka. Barang siapa meringankan beban/pekerjaan karyawannya dalam bulan Romadlon maka Allah akan mengampuni dosanya dan membebaskan dari neraka”.
Perbanyaklah dalam bulan Romadlon dari empat hal. Dua diantaranya akan menjadikan sebab ridlonya tuhanmu, dan dua berikutnya kamu tidak bisa meninggalkannya. Dua hal yang pertama yaitu bersaksilah bahwa tiada tuhan selain Allah (selalu Lillah-Billah) dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Adapun dua hal berikutnya yaitu; bermohonlah agar diberi surga dan dijauhkan dari neraka. Barang siapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa maka Allah akan memberinya minuman dari telagaku yang tidak akan merasakan haus sampai masuk surga.  (H.R. Ibnu Huzaimah, Al-Baihaqi, Ibnu Hibban, dll).
7.   Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rosulullah Shollallahu 'alaihi Wasallam bersabda:
“Barang siapa mendatangi tempat pengajian (majlis ilmi dan majlis dzikir) dalam bulan Romadlon maka Allah mencatat pahala ibadah satu tahun pada setiap langkahnya dan ia akan selalu bersamaku di bawah “arsy”. Barang siapa yang selalu sholat berjama’ah dalam bulan Romadlon, maka Allah memberinya pada setiap rokaat suatu kota (di surga) yang penuh dengan ni’mat karunia-Nya, dan barang siapa berbakti kepada kedua orang tuanya dalam bulan itu, ia akan mendapat tambahan rohmat dari Allah Subhanahu Wata'ala, dan akulah yang menjamin dalam surganya. Dan tiada seorang istri yang mencari ridlo suaminya dalam bulan Romadlon melainkan dia akan memperoleh pahala seperti pahalanya ibu Maryam dan ibu Asyiah (istri fir’aun). Dan barang siapa memenuhi kebutuhan (hajat) saudara muslimnya dalam bulan Romadlon, maka Allah akan memenuhi seribu hajatnya dihari qiamat nanti”. (Dengan didasari Lillah-Billah, dan Lir-Rosul-Bir-Rosul)
8.  Diriwayatkan oleh sahabat Jabir Ra. bahwa Rasulullah  Shollallahu 'alaihi Wasallam, bersabda:
إِذَا كَانَ أَخِرُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ بَكَتِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ وَالْمَلآئِكَةُ  مُصِيْبَةً لِأُمَّةِ مُحَمَّدٍ  قيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ  أَيُّ مُصِيْبَةٍ  هِيَ ؟ قَالَ  : ذِهَابُ رَمَضَانَ , فَإِنَّ الدَّعَوَاتِ فِيْهِ مُسْتَجَابَةٌ , وَالصَّدَقَاتِ مَقْيُوْلَةٌ وَالْحَسَنَاتِ مُضَاعَفَةٌ وَالْعَذَابَ مَدْفُوْعٌ (رُوِىَ عَنْ جَابِرٍ).
Pada malam terakhir bulan Romadlon, langit bumi dan para malaikat menangis (berduka cita) karena adanya musibah yang menimpa ummat Muhammad Shollallahu 'alaihi Wasallam. Ada sahabat bertanya: “Musibah apa Yaa Rasulullah ? Jawab beliau : musibah yang berupa perginya bulan Romadlon, karena pada bulan itu semua do’a terkabulkan, sedekah-sedekah diterima, semua amal kebajikan dilipat gandakan pahalanya dan adzab (siksa) dihindarkan” (dari Jabir).
Dengan ini kita menyadari bahwa perginya bulan suci Romadlon adalah musibah yang besar bagi kita. Jika langit, bumi dan para malaikat menangis untuk kita yang tertimpa musibah, seharusnya kita lebih menangis dan menyesal atas terputusnya segala karunia, kemuliaan dan kebajikan yang terkandung di dalam bulan suci Ramadlan itu. Mari koreksi diri !

PUASA ROMADLON DAN FADHILAHNYA
1.    Firman Allah Subhanahu Wata'ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (183) أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ  [البقرة/183، 184]
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkannya terhadap orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa, dalam hari-hari tertentu 29 atau 30 hari dalam bulan Romadlon. Maka barang siapa darimu yang sakit atau dalam bepergian, hendaklah ia berpuasa pada hari yang lain )qodlo(. dan bagi yang mampu berpuasa (tapi amat berat malakukannya karena udzur) maka wajib baginya membayar fidyah/tebusan (dengan memberi-kan) makanan kepada seorang miskin. Barang siapa (yang dengan kerelaan hati) mengerjakan kebaikan (memberi makan lebih dari seorang untuk satu hari) maka itulah yang lebih baik baginya. Jika kamu tetap berpuasa itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya”.  (Q,S. Al-Baqoroh: 183-184).
2.  Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
فَمـَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ(رَوَاهُ البُخَارى وَمُسْلمٌ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ).
“Barang siapa berpuasa dalam bulan Romadlon dengan iman (BILLAH) dan ikhkas (LILLAH), maka diampuni-lah dosa-dosa yang telah dilakukannya”. H.R. Bukhori Muslim dari Abi Hurairoh)
3.   Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
عُرَاالإِسْلامِ وَقَوَاعِدُ الدِّيْنِ ثَلَاثَةٌ عَلَيْهِنَّ أَسَسُ الإسْلَامِ: مَنْ تَرَكَ وَاحِدَةً مِنْـهُنَّ فَهُوَ بِـهَا كَافِرٌ حَلَالُ الدَّمِ, شَهَادَةُ أَنْ لَآ إلهَ إلَّا اللهُ, وَالصَّلَاةُ الْمَكْتُوْبَةُ وَصَوْمُ رَمَضَانَ. (رَواهُ أبوْ يَعْلى عَن ابْنِ عَبَّاسٍ)
“Pergelangan (pegangan) Islam dan sendi agama itu ada tiga, yang di atasnyalah ditegakkan agama islam; Barang siapa meninggalkan salah satu darinya, maka ia menjadi kafir dan halal ditumpahkan darahnya (dibunuh): (1) penyaksian bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. (2) sholat fardlu (lima waktu). (3) puasa dalam bulan Romadlon”. (H.R. Abu Ya’la dari Ibnu Abbas ra.)
4.  Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
"مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ رُخْصَةٍ رَخَّصَهَا اللهُ لَهُ وَلَامَريْضٍ لَمْ يَقْضِهِ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ وَإِنْ صَامَهُ. (رواه أبُو داوُدَ والنَّسآئي وَالتّرمذى والبيْهَقى وَابْنُ مَاجَهٍ وخُـزَيْمَةَ)
‘Barang siapa tidak pusa sehari dalam bulan Romadlon tanpa adanya udzur yang diizinkan oleh Allah atau sakit, maka tidak bisa dibayar (ditukar) dengan puasa sepanjang masa, meskipun ia melaksanakannya”. (H.R. Abu Dawud, Nasa’I, Tirmidzi, Baihaqi, Ibnu Majjah dan Ibnu Khuzaimah dari Abi Hurairoh ra.)
Yang tidak bisa ditukar adalah fadlilahnya hari dalam bulan Romadlon. Adapun puasanya secara syar’i bisa diqodlo’ sesuai hari yang ditinggalkan.
5.   Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
لِكُلِّ عَبْدٍ صَآئِمٍ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ إِفْطَارِهِ أُعْطِيَـهَا فِى الدُّنْيَا أَوْ دُخِرَلَهُ فِى الآخِرَةِ. (رَواهُ الْحَكيْمُ عَن ابْنِ عُمَرَ)
“Bagi setiap hamba yang berpuasa diberi do’a mustajab ketika berbuka puasa, adakalanya diberikan di dunia atau disimpan di akirat” (H.R. Hakim dari Ibnu Umar r a.)
6.  Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
نَوْمُ الصَّآئِمِ عِبَادَةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ وَدُعَآؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ. (رَوَاهُ الْبَيْـهَقِى عَنْ عَبْدِاللهِ ابْنِ أَبِى أَوْفَى)
“Tidurnya orang yang berpuasa tercatat ibadah, diamnya dianggap baca tasbih, amal kebaikannya dilipatgandakan pahalanya, do’a/permohonannya dikabulkan dan dosanya diampuni”. (H.R. Baihaqi dari Abdillah bin Aufa ra.)
Betapa beruntungnya orang-orang muslim yang mau berusaha meningkatkan amal-amal ibadah, kebajikan, sedekah, dan mujahadahnya pada bulan Romadlon melebihi dari pada bulan-bulan lainnya. Dan betapa rugi dan menyesalnya terutama di hari akhir nanti bagi yang diberi kesempatan menemui bulan yang penuh rahmat dan berkah ini namum tidak mau memanfaatkannya.

PENGERTIAN PUASA
Kalimat “puasa” yang dalam bahasa Arabnya “SHOUM” atau “SHIAM”; menurut lughowi (arti bahasa) ialah “IMSAK” yakni menahan dari sesuatu, seperti menahan dari tidur, berbicara yang kotor, makan, minum dan lain-lain.
Menurut istilah Syar’i ialah menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya dengan niat tertentu di sepanjang hari (mulai terbit fajar hingga metahari terbenam) dengan syarat, rukun tertentu pula.
Firman Allah Subhanahu Wata'ala:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ [البقرة/187
“Makan dan minumlah kamu, hingga saatnya bisa dibedakan antara benang putih dengan benang hitam, yaitu fajar, kemudian sempurnakanlah puasa itu hingga malam (terbenamnya matahari)”. (QS. Al-Baqoroh: 187)
Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
إِذَا أَقْبَلَ الَّيْلُ وَأَدْبَرَ النَّـهَارُ وَغَابَتِ الشَّمْسُ فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّآئِمُ. (رَوَاهُ البُخَارى وَمُسْلمٌ)
“Apabila malam datang, siang lenyap dan matahari telah terbenam, maka datanglah waktu berbuka bagi yang ber-puasa”. (H.R. Bukhori Muslim dari ibnu Umar ra.)

SYARAT SYAH PUASA
1.      Islam; Orang kafir dan murtad tidak sah puasanya. Namun orang murtad tetap diwajibkan mengqodlo puasanya setelah kembali masuk islam lagi.
2.      Tamyiz (mengerti, normal akal pikirannya). Orang gila dan kanak-kanak yang belum mumayyiz tidak sah puasanya. Tetapi bagi kanak-kanak setelah mumayyiz dan belum baligh supaya dilatih berpuasa.
3.      Suci dari darah haidl (datang bulan) dan nifas (darah yang keluar setelah melahirkan). Orang yang haidl atau nifas tidak sah puasanya, tetapi keduanya diwajibkan mengqodlo yang tertinggal itu.
عَنْ عَآئِشَةَ رَضِى اللهُ عَـنْـهَا قَالَتْ: كُـنَّا نُؤْمَرُ بِقَضَآءِ الصَّوْمِ وَلَمْ نُؤْمَرْ بِقَضَآءِ الصَّلَاةِ. (رَواهُ الْبُخَارِىْ)
     “Dari Aiyah Ra. Beliau berkata: “Kami (kaum wanita) disuruh oleh Rasulullah  Shollallahu 'alaihi Wasallam, mengqodlo puasa dan tidak disuruhnya mengqodlo sholat (yang ditinggalkan sewaktu datang bulan/haidl) ”. (H.R. Bukhori).
4.      Dalam waktu yang diperbolehkan berpuasa.
     Adapun waktu yang dilarang berpuasa yaitu dua hari Raya (Idil fifri dan Idil adha) dan tiga hari Tasyriq (tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah).
     Diriwayatkan:
عَنْ أَنَس  أنَّ النَّبىَّ  نَـهَى عَنْ صَوْمِ خَمْسَةِ أَيَامٍ فِى السَّنَةِ  يَوْمِ الْفِطْر وَيَوْمِ النَّحْرِ وَثَلاثَةِ أَيَامِ التَّشْرِيْقِ. (رواه الدارقُطْنى)
     “Dari Anas ra, : “Bahwasannya beliau Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam telah melarang berpuasa pada lima hari dalam setahun: hari raya Idil Fitri, hari raya Idil Adha, tiga hari Tasyriq (Tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah). (H.R. Daruquthni).

FARDLU/ RUKUN PUASA
1.   Berniat pada malam harinya. Tiap-tiap malam dalam bulan Romadlon harus berniat puasa dengan ketentuan sebagai berukut:
a. Menempatkan niat dalam hati, mengucapkan niat dengan lisan yang tidak disertai berniat puasa dalam hati, berniat semacam itu tidak sah dan tidak sah pula puasanya. Adapun mengucapkan niat dengan lisan itu hikumnya sunnat (hanya untuk membantu niatnya hati).
b. Menempatkan niat pada malam hari (di antara ter-benamnya matahari sampai waktu imsak).
Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam: 
مَنْ لَمْ يُـجْمِعِ الصِّيَامَ قَبْلَ الفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ. (رَواه الْخَمْسَةُ)
 “Barang siapa yang tidak berniat berpuasa pada malamnya, sebelum terbit fajar, maka tidak sah puasanya”. (H.R. lima ahli hadits).
Hal ini khusus untuk puasa fardlu. Kalau puasa sunnat boleh menempatkan niat pada siang hari sebelum Zawalu syamsi (condongnya matahari ke arah barat) dan belum melakukan sesuatu yang membatalkan puasa.
Diriwayatkan:
عَنْ عَائِشَةَ ، قَالَتْ : دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ  ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ: أَعِنْدَكِ شَيْءٌ ؟ قُلْتُ : لاَ قَالَ : إِذًا أَصُومُ قَالَتْ : وَدَخَلَ عَلَيَّ يَوْمًا آخَرَ ، فَقَالَ : أَعِنْدَكِ شَيْءٌ ؟ قُلْتُ : نَعَمْ قَالَ : إِذًا أُفْطِرُ وَإِنْ كُنْتُ فَرَضْتُ الصِّيَامَ. رواه البيْهقي في السُّنَن الصُّغْرَى
Dari ibu “Aisyah ra, Beliau berkata : “Pada suatu hari Rasulullah  Shollallahu 'alaihi Wasallam datang (ke rumah saya) beliau bertanya: “Adakah makanan  padamu? ”Saya jawab: ”Tidak ada apa-apa”. Beliau lalu bersabda: “kalau begitu saya berpuasa”. Kemudian pada hari lain, Beliau datang dan berkata: Adakah makanan padamu? Aku jawab: ”ada” Beliau berkata: ”kalau begitu aku tidak puasa sekalipun aku telah niat berpuasa“. (H.R.Baihaqi).
c. Menentukan ”puasa Romadlon”. Kalau hanya niat ”aku besuk berpuasa” (NAWAITU  SHOUMA GHODIN), tidak menentukan “puasa Romadlon” (‘AN ADAAI FARDLI RAMADLAN), niat semacam itu belum sah. Adapun menentukan fardliyah (fardli), bulan (syahri), tahun (hadzihis-sanati) itu tidak menjadi syarat sahnya niat. Begitu pula menyadarkan niat kepada Allah (Lilahi Ta’ala), karena semua perbuatan yang baik secara mutlak harus didasari pengabdian diri kepada Allah Subhanahu Wata'ala, dengan penuh ikhlas (LILLAH(.
Jadi niat puasa Romadlon minimal adalah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ رَمَضَانَ
“Aku niat puasa besok dari Romadlon”.
Niat puasa yang sempurna ialah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَآءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ للهِ تَعَالَى[1]
“Aku niat berpuasa sehari besok untuk menunaikan fardlu puasa bulan Romadlon tahun ini, semata-mata karena Allah Ta’ala”.
Perhatian: Huruf “Nun” pada kalimat “Romadloni” dalam niat sempurna di atas supaya dibaca kasroh, karena diidhofahkan ke kalimat sesudahnya. [2]
Sampai saat ini masih banyak umat Islam sendiri yang kurang mengetahui ketentuan-ketentuan niat tersebut.
Dengan ini hendaknya para Ulama’, para Kyai, para ustadz, guru-guru agama, tokoh-tokoh agama dan siapa saja yang mengerti hal tersebut supaya menjelaskan kepada sesamanya yang belum mengetahui sesuai dengan kemampuan masing-masing, karena niat adalah hal yang pokok dalam segala amal perbuatan.
Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّات، وإَنمَا لكل امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وإلى َرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وإلى َرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ  (رَوَاهُ البُخَارى وَمُسْلمٌ)
Sesungguhnya (bisa sah) segala amal itu, jika disertai dengan niat. Dan seseorang (akan menerima imbalan) sesuai dengan niatnya. Barang siapa hijrahnya (amal perbuatannya) karena Allah (LILLAH) dan Rosul-Nya (LIR-ROSUL) maka hijrahnya itu kepada Allah dan rosul-Nya (diterima oleh Allah dan Rosul-Nya). Dan barang siapa hijrahnya karena wanita yang akan dikawininya atau materi/dunia yang akan diperoleh-nya, maka hasil hijrahnya sesuai dengan apa yang dituju”. (H.R. bukhori dan Muslim).
2.   Menahan dari segala yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

SESUATU YANG MEMBATALKAN PUASA:
1.    Masuknya ‘ain (sesuatu yang kelihatan mata) ke dalam tubuh melalui mulut (setelah lewat kerongkongan), hidung, telinga, qubul (farji) dan dubur (jalan kotoran) dengan sengaja (tidak karena lupa atau terlanjur).
Apabila masuknya sesuatu ke dalam lubang-lubang  tersebut tidak disengaja misalnya lupa, maka tidak membatalkan puasa.
Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam;
مَنْ نَسِىَ وَهُوَ صَآئِمٌ فَأَكَلَ أَوْ شَرَبَ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ, فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللهُ وَسَقَاهُ. (رَوَاهُ البُخَارى وَمُسْلمٌ)
“Barang siapa lupa bahwa ia berpuasa, kemudian ia makan atau minum, hendaklah dia menyempurnakan puasanya. Sesungguhnya Allahlah yang memberinya makan dan minum”. (H.R. Bukhori dan Muslim).
Sehubungan dengan ketentuan di atas, ada beberapa hal yang masuk ke dalam tubuh tetapi tidak membatal-kan puasa, antara lain:
a.     Masuknya obat yang tidak melewati lobang-lobang tersebut di atas, misalnya injeksi, memasukkan obat melalui mata sekalipun terasa pahit dalam kerong-kongan dan sebagainya. Hukumnya makruh.
b.     Masuknya sesuatu ke dalam mulut, hidung atau telinga di ruangan luar (tidak melewati kerongkongan mulut atau ruangan dalam bagi hidung dan telinga), atau masuk ke dalam tetapi tidak disengaja (masuk dengan sendirinya). Misalnya masuknya debu yang ditaburkan angin, lalat, nyamuk dan sebagainya yang terbang lalu masuk ke dalam lobang-lobang tersebut sehingga masuk ke dalam batas terlarang, meskipun sengaja membuka mulut pada saat itu.
c.      Menelan ludah yang belum keluar dari ruangan mulut dan belum tercampur dengan sesuatu yang lain baik yang suci ataupun najis. Dengan ini bagi orang yang ruangan mulutnya terkena najis seperti darah, dia wajib berkumur dengan air suci yang menyucikan, tidak cukup membersihkan dengan mengeluarkan air ludah, karena air ludah tidak bisa digunakan menyucikan najis.
d.     Mengkompres kepala atau membasahi badan dengan air, karena haus atau panas, asal airnya tidak masuk ke dalam lubang-lubang  tersebut di atas.
Diriwayatkan oleh salah satu sahabat: “Sungguh aku melihat Rasulullah  Shollallahu 'alaihi Wasallam, di desa Aroj menyiram kepalanya dengan air karena dahaga atau panas, padahal Beliau berpuasa.” (H.R. Abu Dawud)
2.  Muntah yang disengaja, sekalipun tidak ada sesuatu yang kembali ke dalam kerongkongan. Muntah yang tidak disengaja tidak membatalkan puasa.
Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam :
مَنْ ذَرَعَهُ القَيْئُ فَليْسَ عَلَيْهِ قَضَآءٌ وَمَنْ إسْتَقَاءَ عَمْدًا فَلْيَقْضِ . (رَواهُ أبُوْ دَاوُدَ والترمِذِى وابنُ حِبَّانَ عَن أبى هُرَيْرَةَ )
“Barang siapa terpaksa muntah, tidaklah wajib meng- qodlo puasanya dan siapa yang berusaha muntah maka hendaklah dia mengqodlo puasanya”. (H.R. Abu Daud ).
3.   Bersetubuh (hubungan seksual) pada siang hari.
Firman Allah Subhanahu Wata'ala:
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ  (البقرة 187)
“Dihalalkan  kepada kamu di malam puasa (Romadlon) bercampur (bersetubuh) dengan istrimu.” (Q.S. Al- Baqoroh :187)
Seorang laki-laki yang membatalkan puasanya dengan bersetubuh di siang hari dalam bulan Romadlon, saat itu dia diwajibkan berpuasa dan sedang berpuasa, maka dia diwajibkan mengqodlo dan membayar kafarat. Kafarat-nya dibagi tiga tingkatan:
1)   Memerdekakan hamba (budak). Hal ini di negeri kita atau masa kini tidak mungkin bisa dilaksanakan, kemudian pindah ketingkatan berikutnya.
2)  Berpuasa dua bulan berturut-turut, sehingga kalau di tengah-tengah atau manjelang selesai terputus (batal) harus memulai lagi dari pertama. Dan kalau tidak mampu berpuasa seperti itu baru bisa yang ketiga.
3)  Bersedekah (memberi makan yang mengenyangkan kepada enam puluh orang fakir miskin, setiap  orang 6.5 ons (0,65 Kg) beras ).
Dalam suatu riwayat disebutkan :
“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah  Shollallahu 'alaihi Wasallam berkata: “celaka saya, ya Rasulullah .” Beliau bertanya: “Apakah yang men-celakakan engkau?” Jawabnya: “Saya telah bersetubuh dengan istri saya pada siang Ramadlan”. Beliau bertanya:“Sanggupkah kamu memerdekakan hamba?” Jawabnya: ”tidak”. Beliau bertanya: “Kuatkah engkau berpuasa dua bulan berturut-turut?” Jawabnya: “tidak kuat Beliau bertanya lagi: Adakah kamu mempunyai makanan guna memberi makan enam puluh orang miskin?” Jawabnya lagi: ”tidak ada”. Kemudian laki-laki itu duduk. Pada saat itu ada seseorang memberi Rasulullah Shollallahu 'alaihi Wasallam karung besar yang berisi korma. Beliau berkata: “Sedekahkan korma ini”. Laki-laki itu bertanya: ”kepada siapa? Apakah kepada orang yang lebih miskin dari saya? Demi Allah, tidak ada penduduk kampung ini yang lebih membutuhkan makanan daripada keluarga kami”. Beliau Shollallahu 'alaihi Wasallam tertawa sehingga terlihat gigi taringnya dan bersabda: ”Pulanglah dan berikanlah korma itu kepada ahli (keluargamu)”.  (H.R. Bukhori dan Muslim dari Abu Huroiroh).
Catatan: Yang diwajibkan membayar kifarat karena bersetubuh ini hanya yang laki-laki, bagi istrinya tidak diwajibkan membayar kafarat sekalipun sama-sama berkehendak. Ilatnya; dia batal puasanya karena masuk nya sesuatu ke dalam qubul/farjinya.
4.  Keluar darah haidl atau nifas (darah yang keluar setelah melahirkan anak). Berdasarkan hadits Sayyidatina ‘Aisyah di atas.
5.   Gila. Jika penyakit gila itu datang di siang hari maka mambatalkan puasa sekalipun hanya sebentar.
6.  Keluar mani (sperma) dengan disengaja (dengan bersentuhan dengan lain jenis, onani, atau lainnya). Adapun keluar mani  sebab mimpi, atau menghayal, dsb, tidak membatalkan puasa.

BERBUKA PADA SIANG HARI ROMADLON
Hukum berbuka (tidak berpuasa) pada siang hari pada bulan Romadlon itu ada empat macam.
1.      Wajib berbuka; yaitu bagi perempuan pada saat datang bulan (haidl) atau nifas dan orang sakit yang parah sehingga kalau berpuasa akan lebih parah lagi.
2.     Jawaz (boleh) berbuka yaitu bagi:
a.     Orang  sakit  yang menurut dhon (persangkaan/ per-kiraan) atau menurut ahli penyakit/dokter, kalau dia berpuasa sakitnya semakin parah yang sehingga memperbolehkan tayamum.
b.     Orang dalam perjalanan jauh (80, 64 Km (menurut sebagian fuqoha)) dalam bepergian yang bukan ma’siat dan keluarnya dari batas desanya sebelum fajar (imsak). Bagi perjalanan yang belum memenuhi syarat-syarat tersebut tidak boleh berbuka kecuali dalam keadaan dlorurot (terpaksa). Tapi kalau masih kuat dan tetap berpuasa itu labih baik.
Firman Allah Subhanahu Wata'ala:
وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ. 
Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan maka hendaklah mengqodlo puasanya di hari-hari yang lain (menurut bilangan harinya berbuka)…..”. (Q.S. Al-Baqoroh :185)
3.     Haram berbuka (tidak berpuasa) yaitu bagi orang yang berpuasa yang tidak ada udzur (alasan) sama sekali, dan orang yang mengqodlo puasa Romadlon pada saat waktu sudah sempit (hampir datang bulan Ramadlan lagi) dan dia mampu melaksanakannya.
4.     Tidak wajib, tidak jawaz, tidak makruh dan tidak haram berbuka; yaitu orang gila.
BERBUKA YANG MEWAJIBKAN IMSAK & QODLO
Orang yang berpuasa dalam bulan Romadlon jika melakukan salah satu dari 6 (enam) hal di bawah ini, dia diwajibkan imsak (menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa pada siang hari) dan diwajibkan qodlo (berpuasa) di luar Romadlon:
1)        Sengaja melakukan sesuatu yang membatalkan puasa tanpa ada udzur (alasan) yang membolehkannya.
2)      Tertinggal (lupa) niat pada malam harinya.
3)       Makan sahur dengan menduga bahwa waktunya masih malam, ternyata sudah terbit fajar (waktu imsak).
4)      Berbuka dengan persangkaan bahwa sudah waktunya (sudah terbenam matahari). Ternyata belum maghrib.
5)       Mengira bahwa hari itu masih tanggal 30 Sya’ban dan dia tidak berpuasa, pada siang harinya ia tahu bahwa hari itu sudah tanggal 1 Romadlon sekalipun sudah melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.
6)      Terlanjurnya air masuk ke dalam kerongkongan atau hidung (bagian dalam) pada waktu berkumur atau menghisap air wudlu ke hidung dengan keterlaluan.
BERBUKA YANG BERHUBUNGAN DENGAN QODLO DAN FIDYAH:
1)      Wajib qodlo dan wajib membayar fidyah; yaitu bagi orang yang berbuka karena menyelamatkan orang lain, seperti menyelamatkan orang yang tenggelam di sungai sehingga puasanya batal. Orang hamil (bunting) atau orang menyusui bayi jika berbuka (tidak puasa) karena takut terjadinya bahaya atau akibat buruk pada anak yang dikandung atau yang disusuinya. Tapi jika berbukanya itu karena takut terjadinya bahaya pada dirinya sendiri atau beserta anaknya, maka dia hanya diwajibkan qodlo (tidak wajib bayar fidyah). Begitu juga orang yang mempunyai hutang (tanggungan) qodlo puasa Romadlon tidak segera mengqodlo padahal ada kesempatan dan kemampuan sehingga datang bulan Ramadlan lagi, disamping dia tetap diwajibkan meng-qodlo puasa yang ditinggalkan (setelah Romadlon yang ke dua) juga wajib membayar fidyah, sesuai hari yang diqodlo’nya.
Catatan: Fidyah (tebusan dari puasa yang tertinggal); yaitu membayar sedekah kepada seorang miskin berupa makanan yang mengenyangkan, seperti beras, sebanyak satu mud atau 0,65 kg/ 6.5 ons per hari).
Dalam kitab Sunan al-Bayhaqi bab puasa Ramadlan:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ : فِى رَجُلٍ أَدْرَكَهُ رَمَضَانُ وَعَلَيْهِ رَمَضَانُ آخَرُ قَالَ : يَصُومُ هَذَا وَيُطْعِمُ عَنْ ذَاكَ كُلَّ يَوْمٍ مِسْكِينًا وَيَقْضِيهِ.
Dari Ibni Abbas R.a, tentang seseorang yang menemui bulan Romadlon sedangkan dia masih punya hutang puasa Ramadlan yang lain, beliau berkata: “dia harus berpuasa dalam Romadlon ini dan memberi makanan kepada seorang miskin setiap harinya (satu mud) sebagai tebusan dari hutangnya pada Romadlon yang lain tadi, dan mengqodlo’nya.(1)
2)     Tidak wajib qodlo, tapi wajib bayar fidyah; yaitu orang yang sudah tua (jompo) yang sudah tidak mampu berpuasa atau orang yang sakit parah yang sudah tidak bisa diharapkan sembuhnya.
3)     Wajib qodlo, tapi tidak wajib membayar fidyah yaitu; orang yang berbuka karena salah satu dari 6 perkara yang membatalkan puasa di atas.
4)     Tidak wajib mengqodlo dan tidak wajib mem-bayar fidyah; yaitu orang gila.
SUNAH-SUNAH PUASA
1.    Segera berbuka apabila sudah nyata dan yakin bahwa matahari telah terbenam.
      Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
لَايَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ (رَوَاهُ البُخَارى وَمُسْلمٌ عَن سَهْل بْنِ سَعيْد)
      “Senantiasa manusia (orang-orang yang berpuasa) itu dalam kebaikan selama mereka segera berbuka puasa“. (H.R. Bukhori dan Muslim dari Sahal bin Sa’id R.a).
2.  Berbuka dengan korma, kalau tak ada, dengan sesuatu yang manis yang tidak dimasak, seperti buah-buahan yang manis. Jika tak menemukan, dengan air tawar.
3.   Berdoa sewaktu berbuka.
      Diwayatkan dari Ibni Umar R.a
كَانَ النَّبِىُّ:  إذا أفْطَرَ قَالَ اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ, ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إنْ شَآءَاللهُ (رَوَاهُ البُخَارى وَمُسْلمٌ)
      “Rasulullah Shollallahu 'alaihi Wasallam, apabila ber-buka puasa, beliau berdoa (yang artinya: “YA Allah, karena Engkau saya berpuasa, dan dengan rizki pemberian-Mu saya berbuka, dahaga telah hilang dan urat-urat telah basah dan mudah-mudahan pahalanya ditetapkan”. (H.R. Bukhori Muslim )
4.  Makan sahur (setelah tengah malam), agar menambah kekuatan berpuasa.
      Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam
تَسَحَّرُوا فَإنَّ فى السَّحُوْرِ بَرَكَةً (رَوَاهُ البُخَارى وَمُسْلمٌ)
 “Makan sahurlah kamu, sebab makan sahur itu mangandung barokah” (H.R. Riwayat Bukhori dan Muslim dari Anas R.a).
5.   Mengakhirkan makan sahur sampai mendekati waktu imsak.
      Rasulullah  Shollallahu 'alaihi Wasallam bersabda:
 لَاتَزالُ أُمَّتِى بِخَيْرٍمَا أَخَّرُواالسَّحُوْرَ وَعَـجَّلُوا الْفِطْرَ (رواه احمد)
“Senantiasa umatku dalam kebaikan selama ereka mereka mengahrkan makan sahur dan segera berbuka”. (H.R.Imam Ahmad dari abi Dzhari R.a).
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1)        Berpuasa harus didasari dengan : Ihlash LILLAH, Ber-iman BILLAH, Mengikuti/ ittiba’ LIR-ROSSUL, Tashdiq BIR-ROSUL, dan seterusnya.
2)      Memperbanyak amaliyah yang baik, baca Al-Qur-an, berdzikir, bertafakkur, baca sholawat, mujahadah, mengikuti majlis ilmi (pengajian), bersedekah, dan lain sebagainya.
3)       Mencegah seluruh anggota badan, dan indra dari melakukan sesuatu yang terlarang, terkecam, yang tidak ada manfaatnya, dan sesuatu yang bisa mengganggu dan melalaikan hati dari Allah wa Rosulihi Shollallahu 'alaihi Wasallam.
Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam :
خَمْسَةُ أَشْيَآءَ تُحْبِطُ الصَّوْمَ (اى تُبْطِلُ ثَوَابَهُ) الكَذْبُ وَاْلغِيْبَةُ وَالنَّـمِيْمَةُ وَالْيَمِيْنُ الْغَمُوْسُ وَالنَّظْرُ بِشَهْوَةٍ . (رواه الديلمى عن أنس ).
Ada lima perkara yang merusak (pahala puasa): berbohong, mengumpat (ngarasani; Jawa), adu domba bersumpah palsu dan memandang dengan syahwat”. (H.R. dailami dari anas bin Malik)  
4)      Menjaga perut dari makanan subhat (tidak jelas halal haramnya) lebh-lebih yang haram. Apa arti puasa sehari penuh menahan dari makanan yang halal, kemudian berbuka dengan yang haram? Ini bagaikan orang yang membangun suatu bangunan dan merobohkannya atau merobohkan bangunan yang lain.
5)       Tidak banyak makan (berlebihan) pada waktu berbuka atau waktu malam.
6)      Hatinya selalu berguncang di antara khouf (takut kepada Allah SWT, kalau ibadahnya tidak diterima) dan roja’ (mengharap rahmat Allah agar menerima puasanya).
SHOLAT TAROWIH
Sholat tarowih adalah sholat yang dikerjakan dalam bulan Romadlon dan disunnahkan berjama’ah, tapi juga boleh sendirian. Waktu pelaksanaan sholat tarowih yaitu sesudah sholat Isya’ sampai waktu fajar. Jadi walaupun sudah waktu Isya’ belum boleh menjalankan sholat tarowih sebelum melakukan sholat ‘Isya’. Sholat Tarowih dilakukan dengan cara dua roka’at satu salam.
Bilangan roka’at sholat tarowih ada beda pendapat dari kalangan ulama Islam sendiri. Dalam risalah ini raka’at tarowihnya mengikuti para sahabat, Aimmatul Mujtahidin (Madzahibul Arba’ah) dan Ulama’ salaf yang menggunakan 20 roka’at ditambah sholat witir 3 roka’at. Jumlah 23 roka’at.(1)
Diriwayatkan;
عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيْدَ الصَّحَابِىِّ قَالَ: كَانُوْا يَقُوْمُوْنَ عَلَى عَهْدِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ  قى شَهْرِ رَمَضَانَ بعِشْريْنَ رَكْعَةً (رواه البيهقي وغيره).
“Dari Saib Bin Yazid ra. Ia berkata: “mereka para sahabat dan tabiin) melakukan sholat tarowih pada masa kholifah Umar bin Khottob di bulan Ramadlan dengan 20 rokaat”. (H.R. Baihaqi).
Imam Baihaqi dari Yazid bin Ruman, berkata:
كَانَ النَّاسُ يَقُوْمُوْنَ فِى زَمَنِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ  بثَلَاثٍ وَعِشْرِيْنَ رَكْعَةً.
“orang-oramg Islam pada zaman Umar Bin Khottob Ra. menjalankan sholat tarowih dengan 23 rokaat”. (Sunan Baihaqi)
Yakni yang 3 roka’at sholat witirnya.
Yang dilakukan oleh Kholifah Umar bin Khottob R.a, menjalankan sholat tarowih dengan 20 rokaat itu telah didukung oleh sahabat-sahabat senior lainnya, seperti sahabat Utsman, Ali, Ibnu Abbas, ibnu Mas’ud, Zubair, dan sahabat muhajirin dan Ansor, Rodliyallahu ‘ahhum.
Begitu juga Imam Syafi’i, Imam Maliki (dalam salah satu pendapatnya), Imam Ahmad bin Hambal, Imam Abu Hanifah dan Mujtahidin lainnya, termasuk Ibnu Taimiyah dan syeikh bin Muhammad bin Abdul Wahab tidak mengingkari apa yang dilakukan oleh Kholifah Umar bin Khottob r.a. (sholat tarowih dengan 20 rokaat).
Ibnu Taimiyah dalam  suatu fatwanya mengatakan sebagai berikut:
ثَبَتَ أَنَّ أُبَى بْنَ كعْبٍ كَانَ يَقُوْمُ النَّاسَ بِعِشْرِيْنَ رَكْعَةً فى رَمَضَانَ وَيُوْتِرُ بثَلاثٍ, فَرَأى كَثِيْرٌ مِنَ العُلمَآءِ أنَّ ذالِكَ هُوَ السُّنَةُ لأَنَّهُ قَامَ بَيْنَ الْمُهَاجِرِىْنَ وَالأنْصَارِ وَلَمْ يُنْكِرْهُ مُنْكِرٌ.
Telah menjadi ketetapan bahwa Ubay bin Ka’ab melakukan sholat tarowih bersama-sama orang Islam sebanyak 20 rokaat pada bulan Romadlon, dan kemudian dilanjutkan dengan sholat witir 3 rokaat sehingga sebagian dari pada Ulama’ berpendapat bahwa demikian itu yang sesuai dengan sunnah, kerena ubay bin Ka’ab melakukan-nya di tengah-tengah para sahabat, para muhajirin dan ansor, tanpa adanya suatu keingkaran dari seorang sahabatpun’.
As-Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdil Wahab (Al-Wahabi) ketika ditanya tentang jumlahnya roka’at tarowih, menjawab:
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ  لَمَا جَمَعَ النَّاسَ عَلَى أُبَىْ بْنِ كَعْبٍ كَانَتْ صَلَاتُـهُمْ عِشْرِيْنَ رَكْـعَةً.
Sesungguhnya Umar bin Khottob r.a, ketika mengumpulkan orang-orang (islam) untuk melakukan sholat tarowih bersama-sama Ubay bin Ka’ab mereka melakukannya sebanyak 20 roka’at”.
Walhasil para sahabat Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam. di masa kholifah Umar Bin Khotob Ra, para Aimmatul madzahib  al-arba’ah, para Mujtahid lainnya, para Ulama salaf dan kholaf telah bersepakat bahwa bilangan rokaat sholat tarowih yang dilakukan sejak masa Kholifah Umar bin Khotthob R,a, adalah 20 (dua puluh) rokaat, dengan ini kita tinggal mengikuti beliau-beliau.
Mengikuti para shahabat khususnya Khulafa’ Rosyidin berarti mengikuti sabda Baginda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
وَأَنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلافًا كَثِيرًا،فَعلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَآءِ الرَّاشِدِينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ(رَواهُ ابُو داوُدَ والترْمِذِى حسَنٌ صَحيْح).
Dan bahwasanya barang siapa diantara kalian diberi usia panjang, maka pasti akan mengetahui berbagai macam perselisihan pandangan, maka berpegang teguhlah kepada sunnahku, kepada sunnahku dan sunnah khulafa’ur rosyidin yang selalu mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan geraham bungsumu. H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi (Shohih dan hasan).
Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
إِقْتَدُوا باالَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِى أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ (رَواه أحمَدُ والترْمذِى وابنُ ماجَهٍ).
“Teladani (ikutilah) kedua (pemimpin) sesudahku, yaitu Abu Bakar dan Umar”. H.R. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Masalah jumlah raka’at sholat tarowih memang banyak riwayat yang berbeda. Tidak perlu diperdebatkan. Tidak ada habisnya.
Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara pelak-sanaannya yang lebih baik? Jangan sampai meninggalkan rukun-rukun Sholat. Sholatnya nanti tidak shah. Percuma. Sia-siaJangan terlalu ngebut seperti mengejar maling saja. Lakukan sesuai dengan syarat dan rukunnya yang benar. Ingat !! sholat adalah munajat dengan Sang Kholiq Yang Maha agung. Jangan sembrono.
LAILATUL QODAR, SEPULUH HARI YANG AKHIR DALAM BULAN RAMADLAN DAN I’TIKAF
بسم الله الرحمن الرحيم
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
1. Sesungguhnya telah kami turunkan qur’an dalam malam Qodar. 2. Tahukah kamu, apakah malam Qodar itu ? 3. Malam qodar (Lailautl qodar), itu lebih baik dari pada seribu bulan. 4. Para Malaikat dah ruh (Malaikat jibril) bersama-sama turun dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur segala urusan. 5. (di ucapkan) “selamat malam”  Lailaul qodar itu hingga terbit fajar. (Q.S. Al-Qodar).
Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
إِنَّ اللهَ وَهَبَ لأُمَّتِى لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَلَمْ يُعْطِهَا مَنْ كَانَ قَبْلَـهُمْ. (رَوَاهُ الدَّيْلَمِىُّ عَنْ أنَسٍ ).
“Sesungguhnya Allah memberi lailatul Qodar kepada umatku dan belum pernah memberikannya kepada orang-orang sebelum mereka”. (HR Dailamy dari Anas bin Malik).
Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
إِلْتَمِسُوْهَا فِى العَشْر الأَوَاخِرِ , فإِنَّـهَا وِتْرٌ فى إحْدَى وَعِشْرِيْنَ أَوْثَلَاثٍ وَعِشْرِيْنَ أَوْ خَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ أَوْ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ أوْ أَخِرِ لَيْلَةٍ فَمَن قَامَهَا إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّـرَ (رواه الطبرانى عَنْ عُبَادةَ ابْنِ الصَّامِت ).
Carilah lailatul qodar dalam sepuluh hari yang akhir (dari bulan Romadlon). Sesungguhnya lailatul qodar itu (diturunkan) dalam malam yang ganjil, yaitu malam 21, 23, 25, 27, 29, atau malam terakhir (malam 30). Maka barang siapa beribadah pada saat lailatul qodar dengan iman (BILLAH) dan ihtisab (IHLAS LILLAH ) maka dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang telah ia lakukanya dan yang belum ia lakukan”. H.R Thobroni dari Ubadah bin Shomit.
Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةٌ بَلْجَةٌ لا حَآرَّةٌ وَلا بَارِدَةٌ ولا سَحَابَ  فِيْـهَا وَلا مَطَرَ وَلا رِيْحَ ولا يُرْمَى بِـهَا بِنَجْمٍ, مِنْ عَلَامَةِ يَوْمِهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ لا سُعَاعَ لَـهَا (رَواهُ الطَّبرَانى عَنْ وَائِلَةَ ).
 Lailatul qodar adalah malam yang cerah, tidak panas dan tidak dingin, pada malam itu tak ada mega (tak berawan), tak ada hujan dan tak ada angin, di malam itu pula tak ada bintang yang dilemparkan  (lintang alihan Jw) dan tanda di pagi harinya ialah terbitnya matahari tidak bercahaya (yang menyengat)”. (H.R. Thobrani dari Wailah).
عَنْ عَآئِشَةَ رضى الله عنها قَالَتْ: كَانَ النَّبِىُّ إذَا دَخَلَ العَشْر الأوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ أَحْيَا لَيْلَهُ وشَدَّ مِئْزَرَهُ وَأيْقَظَ أَهْلَهُ. (رواه البُخَارىُّ وَمُسْلِمٌ)
Ibu Aiysah Ra bekata : beliau Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam, jika memasuki 10  hari terakhir (dari bulan Romadlon) selalu menghidupkan malamnya (dengan ibadah), mengikatkan sarungnya dan membangunkan keluarganya”. HR. Bukhori dan Muslim).
Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
مَنِ اعْتَكَفَ لَيْلةَ القَدْرِ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رَواهُ الَّديْلَمِىُّ عَنْ عَآئِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا).
Barang siapa, beri’tikaf (diam di dalam masjid dengan berniat i’tikaf) pada lailatul Qodar, dengan iman (BILLAH) dan ihtisab (ikhlas LILLAH) maka dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang telah dia lakukan”. H.R. Dailammi dari Ibu ‘Aisah Ra.

ZAKAT FITRAH
Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
« زَكَاةُ الْفِطْرِ فَرْضٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ حُـــرٍّ وَعَبْدٍ ذَكَرٍ وَأُنْثَى مِنَ الْمُسْلِمِينَ
 صَاعٌ مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعٌ مِنْ شَعِيرٍ » (رَواهُ الدَّارَقُطْنِى وَالبيْهَقِىُّ عَن ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُما).
 Zakat fitrah itu hukumnya fardlu bagi setiap muslim, baik yang merdeka maupun sahaya, laki-laki maupun perempuan (yang sudah dewasa dan anak-anak). Setiap orang satu sho’ kurma atau satu Sho’ Sa’ir (beras)”.  (H.R. Daruquthny dan Baihaqy dari ibni Umar).
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ   زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصِّيَامِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ ، مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِىَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ ، وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِىَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ. (رَواهُ الدَّارَقُطْنى وَالبَيْهَقِى عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُما).
Rasulullah  SAW mewajibkan Zakat fitrah sebagai pencuci bagi yang berpuasa dari perbuatan yang tidak ada gunanya dan perkataan yang kotor, dan untuk memberi makan terhadap orang-orang mikin. Barang siapa memberikan zakat fitrahnya sebelum sholat ‘id maka zakatnya akan diterima, dan barang siapa membarikan-nya sesudah sholat ‘id (tanpa ada udzur) maka pem-beriannya jadi sodakoh biasa”. (H.R. Daroquthny dan Baihaqy dari Ibni ‘Abbas R.a).
KETERANGANSatu sho’ beras ada yang mengatakan sama dengan 2.5 kg, 2.6 kg. dan ada yang lain.

NIAT MEMBERIKAN ZAKAT FITRAH
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِعَنْ نَفْسِى فَرْضًا للهِ تَعالى
Aku niat mengeluarkan zakat fitrah, untuk diriku semata-mata hanya karena Allah Ta’la.
Kalau untuk orang lain, kalimat “NAFSI” (نَفْسِىsupaya diganti dengan nama orang lain itu. Misalnya:
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ  زَكَاةَ  الْفِطْرِ عَنْ........
Tempatnya niat adalah di dalam hati. Adapun bacaan tersebut itu hanya untuk menuntun niat yang di dalam hati. Dengan ini, saat berniat supaya betul-betul dijiwai dalam hati. Jangan lupa dasarilah niat anda dengan Lillah-Billah, Lir-Rosul- Bir-Rosul, dan seterusnya.
Lebih jelasnya tentang zakat fithrah silakan pelajari dalam buku-buku yang menerangkan tentang itu.
HADIAH HARI RAYA ‘IDIL FITHRI
1.    Firman Allah SWT:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (14) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (15)  بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (17) [الأعلى/14، 17]
“Sungguh bahagia orang yang suci/bersih (hatinya). Dan menyebut nama Tuhannya serta menjalankan sholat. Tetapi kamu sekalian mengutamakan kehidupan dunia. Sedang-kan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal”.  (Q.S. Al-A’la  14-17).
2.   Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
مَنْ أَحْيَا لَيْلَةَ الفِطْرِ وَليْلَةَ الأضْحَى لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوْتُ الْقُلُوْبُ(روَاهُ الطَّبَرَانى عَنْ عُبَادةَ ابْنِ الصَّامِت )
Barang siapa menghidupkan malam hari raya Fitri dan Adha (dengan memperbanyak amal baik) maka hatinya tidak akan mati pada waktu hati manusia banyak yang mati”.  (H.R. Thobrony dari ‘Ubadah bin Shomit r.a).
3.   Ada satu pepatah kata:
لَيْسَ الْعِبْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ وَأَكَلَ اللَّذِيْذ . وَإِنَّمَاالْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَتُهُ تَزِبْدُ وَهِمَّتُهُ إِلَى الْحَمِيْدِ الْمَجِيْدِ.
Hari raya bukan untuk orang berpakaian baru dan makan enak, tetapi hari raya itu untuk orang yang taatnya bertambah dan bertujuan taqorrub (mendekat-kan diri) kepada Tuhan yang Maha Terpuji dan Maha Agung.
4.   Silatur rahim; Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ. وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ(رَوَاهُ البُخَارى وَمُسْلمٌ)
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hebdaknya sudi menyambung keuarga, barang siapa beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaknya ia selalu berkata baik atau berdiam. (H.R. Bukhori dam Muslim dari Abi Hurairoh).
5.    Mushafahah. Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
مَامِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَـرَّقَا. (رواهُ أحْمدُ وَالتّرْمِذِى وأبُوْ دَاودَ عَنِ البَرَّاءِ)
Tidak ada dua muslim yang bertemu, kemudian mereka berjabatan tangan melainkan mereka diampuni dosa-nya sebelum mereka berpisah:. (H.R. Ahmad Turmudzi dan Abu Dawud dari Barro; r.a).
6.   Jangan menyusahkan kedua orang tua; Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:
مَنْ أَحْزَنَ وَاِلِدَيْهِ فَقَدْ عَقَّـهُمَا0)رَواهُ الْخَطيبُ عَن سَيِّدِنا عَلِىٍّ)
Barang siapa yang menyusahkan hati kedua orang tuanya, sungguh dia telah menyakiti mereka”. (H.R. Khotib dari Sayyidina Ali r.a).
PUASA SYAWAL
1.    Setelah selesainya bulan Ramadlan disunnahkan untuk melakukan puasa dalam bulan Syawal selama enam hari. Sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Barangsiapa berpuasa Romadlon kemudian malanjut-kan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh” (HR. Muslim dari Abi Ayub Al-Anshori. Hadits no. 1164)
2.  Bagi yang masih mempunyai tanggungan hutang puasa Ramadlan tidak boleh berpuasa Syawal sebelum meng-qodlo’ puasa Romadlonnya dan tidak boleh pula men-dobelnya (niat qodlo’ dan puasa Syawal).
3.   Waktu puasa Syawal mulai hari ke dua setelah ‘idil fithri sampai akhir Syawal. Pelaksanaannya boleh berurutan harinya atau berpisah-pisah selama masih dalam bulan Syawal. Waktu mulainya terserah. Lebih awal lebih utama.
Kiranya cukup sekian yang bisa dihidangkan penulis ke pangkuan para pembaca. Tentunya masih jauh dari apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun seberapa pun kiranya ada yang bisa dimanfaatkan. Mudah-mudahan diberi manfaat Fid Diini Wad Dunyaa Wal Akhiroh. Amiin.
وَباللهِ التَّوْفِيْق وَالْهِدَيَة, وَمِنَ الرَّسُوْل  الشَّفَاعَة وَالتَّرْبِيَّة, وَمِنَ الْغَوْثِ رضي الله عنه النَّظْرَة وَالْبَرَكَة.
Tulisan ini sekiranya bermanfaat kalau disampaikan kepada kaum muslimin muslimat terutama sehubungan dengan pelaksanaan ibadah dalam bulan Ramadlon silakan diperbanyak (dicopy dengan baik) dan dibagikan kepada yang memerlukan atau disampaikan isinya kepada jama’ah di masjid, musholla, majlis ta’lim, jama’ah mujahadah, jama’ah tahlil, jama’ah Yasin, khutbah, kultum, atau lainnya sebelum memasuki atau di awal – tengah Ramadlan. Dengan harapan pelaksanaan ibadah kita dan mereka lebih baik, lebih tepat, dan lebih diridloi oleh Allah SWT wa Rosulihi Shollallahu ‘alaihi wasallam. Amiin.

Bisa didownload via Mediafire. Buka www.bit.do/marrom Buka di Fb www.bit.do/marrom-fb.


(1) LILLAH: beribadah semata-mata karena Allah. BILLAH: merasa tiada daya dan kekuatan melakukan ibadah tanpa fadlol, hidayah dan taufiq Allah. LIRROSUL: beribadah dengan niat mengikuti tuntunan Rasulullah SAW, BIRROSUL: merasa bahwa tidak bisa beribadah tanpa adanya jasa dan bimbingan dari Rasulullah SAW . Semuanya dirasakan dan diterapkan dalam hati.  
[1]  كاشفة السجا شرح سفينة النجا 117
[2]  Artikel niat bisa didownload di URL : http://sites.li/niatpuasaramadhan
(1) Diriwayatkan Ad-Daruquthni, dan Al-Baihaqi. Hal ini diikuti oleh Madzahibul-arba’ah kecuali Imam Abu Hanifah yang tidak mewajib-kan fidyah.(Tanqihul-tahqiq)
(1)  Perbedaan pendapat tentang jumlah raka’at sholat tarowih tidak perlu diperuncing. Yang perlu mendapat perhatian ialah orang-orang Islam yang belum melakukan tarowih atau belum tepat pelaksanaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan memberi komentar. Komentar anda Insya Alah sangat berguna bagi kami dan para pembaca